Pendidikan Sekolah

Jenis dan Sintak model Pembelajaran di SMK

0 Comments
Home
Pendidikan
Sekolah
Jenis dan Sintak model Pembelajaran di SMK
Jenis dan Sintaksis Model Pembelajaran

Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning)

Jenis dan sintak model pembelajaran
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi(pengambilan keputusan/kesimpulan). Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discoveryitu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).Sebagai Contoh penerapan model ini melalui strategi deduktif dimana peserta didik diberikan tugas untuk menentukan rumus luas lingkaran melalui permainan kertas berbentuk lingkaran yang dibagi dalam n sektor yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling sudah diketahui sebelumnya. Dari permainan kertas tersebut peserta didik dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah:
a.     Tujuan pembelajaran model Discovery Learning
1)   Meningkatkan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran;
2) Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak;
3)   Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan;
4)  Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain;
5)   Meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna;
6)  Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam aktivitas situasi belajar yang baru.
b.     Sintak model Discovery Learning
1)     Pemberian rangsangan (Stimulation)
Langkah ini dilakukan dapat berupa cerita atau gambar dari suatu kejadian sehingga memberikanarahan pada persiapan menemukan suatu konsep/prinsip atau formulasi.
2)     Pernyataan/Identifikasi masalah (Problem Statement)
Tahap ini peserta didik diajak untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan masalah dari kejadian dan selanjutnya dikembangkan jawaban sementaraatau hipotesis terhadap konsep/prinsip atau formulasi.
3)     Pengumpulan data (Data Collection)
Dapat berupa observasi terhadap objek atau uji coba dalam kaitan hipotesis
4)     Pembuktian (Verification)
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan verifikasi data terhadap hipotesis.
5)     Menarik simpulan/generalisasi (Generalization)
Melakukan generalisasi konsep/prinsip atau formulasi yang sudah dibuktikan.

Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains

Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan. Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa pada kasus yang nyata di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki, dengan cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area investigasi serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah.
a.     Tujuan model pembelajaran Inquiry
Untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai bagian dari proses mental.
b.     Sintak/tahap model inkuiri terbimbing
1)        Orientasi masalah
Memberikan suatu permasalahan pada peserta didik yang harus dipecahkan seperti: contohbola lampu putus.
2)        Pengumpulan data dan verifikasi
Pada tahapan ini peserta didik mengumpulkan data berkaitan dengan bahan/bagian/kondisi yang berhubungan dengan permasalahan.
3)        Pengumpulan data melalui eksperimen
Peserta didik melakukan pengumpulan data dengan memeriksa fungsi bahan/bagian dan kondisi.
4)        Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi
Pada tahap ini peserta didik melakukan perumusan atauformulasi berdasarkan hasil eksperimen berkaitan dengan permasalah.
5)        Analisis proses inkuiri
Pada tahap ini peserta didik melakukan generalisasi berkaitan dengan permasalahan.
c.     Sintak/tahap model inkuiri Sains (Biology)
1)        Siswa disajikan suatu bidang penelitian
Pada tahap ini peserta didik disajikan bidang penelitian seperti contoh: “pencemaran sungai”,termasuk metodologi yang digunakan pada penelitian tersebut.
2)        Menstrukturkan (Menyusun) problem/masalah
Peserta didik diajak untuk mengembangkan masalah dan mengidentifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian tersebut. Pada tahap ini, bisa saja siswa akan mengalami beberapa kesulitan yang harus mereka atasi, sepertiinterpretasi data, generalisasi data, kontrol ujicoba, atau pembuatan kesimpulan.
3)        Mengidentifikasi masalah dalam penelitian
Peserta didik diminta untuk berspekulasi tentang masalah tersebut; sehingga mereka dapat mengidentifikasi kesulitan dalam proses penelitian.
4)        Menyelesaikan kesulitan/masalah
Peserta didik diminta untuk berspekulasi tentang cara untuk mengatasi kesulitan/masalah, dengan merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda, mengeneralisasikan data danmengembangkan konstruk.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori belajar konstruksivistik yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000).Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang komplek, problem-problem nyata dilakukan menggunakan pendekataan studi kasus, penelitian dan penetapan solusi untuk pemecahan masalah (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111). Untuk itu pembelajaran model ini belajarnya diawali dengan permasalahan dan diupayakan sebagai permasalahan yang nyata atau realsebagai penggerak proses pembelajaran.
a.           Tujuan pembelajaran PBL
Untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOTS) yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah dansecara aktif mengembangkankeinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan belajar (Norman and Schmidt, 1992). Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
Brasford and Stein dalam David H. Jonanssen (2011:3) menguraikan“belajar pemecahan masalah adalah seperangkat proses pengidentifikasian potensi masalah, penentuan masalah, mengembangkan strategi pemecahan yang tepat, melaksanakan pemecahan dan memeriksa ulang serta mengevaluasi pengaruh dari pelaksanaan pemecahan”.
Pembelajaran pendekatan pemecahan masalahakan memberikan pengalaman belajar pada peserta didik yang lebih mendalam terhadap kompetensi yang dipelajarinya dibanding dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tradisional. Kemampuan memecahkan masalah merupakan kecerdasan beralasan yang menuntut dan digunakannya kemampuan berpikir tingkat tinggi oleh peserta didik. Untuk itu peserta didik ditempatkan dalam situasi permasalahan, yang selanjutnya peserta didik akan menggunakan memorinya untukmengingat kembali aturan-aturan atau konsep yangsesuai dan menerapkannya dalam usaha menemukan solusi pemecahan permasalahan.
b.           Prinsip-prinsip pembelajaran PBL
Terdapat sejumpah prinsip-prinsip penting yang harus diperhatikan oleh pengajar dalam penggunaan pendekatan pembelajaran pemecahan masalah baik digunakan melalui pengajaran di kelas maupun pengajaran dengan setting berbasis komputer. Adapun prinsip-prinsip tersebutsebagai berikut.
1)     Pemecahan masalah yang berkaitan dengan keterampilan kerja atau pekerjaan pada dunia nyata (real job), penekanan pengajarannya harus dilakukan secara tepat dalam hal pengidentifikasianpengetahuan deklarative (konsep/prinsip) dan pengetahuan prosedural.
2)     Dalam langkah pendahuluan berkaitan dengan kontek pemecahan masalah, pengajaran bisa dilakukan dengan cara penyajian pengetahuan prosedural atau pengetahuan deklarative lebih awal, atau juga dapat dilakukan dengan cara pengintegrasian kedua pengetahuan tersebut (pengetahuan deklarative dan prosedural).
3)     Ketika mengajar pengetahuan deklaratif , penekanan dilakukan pada model mental yang sesuai dengan pemecahan masalah yang akan dihadapi melalui cara penjelasan struktur pengetahuan dan menanyakan kepadapeserta didik untuk memprediksi apa yang akan terjadi atau penjelasan mengapa sesuatu itu terjadi.
4)     Menekankan pada pengajaran pemecahan masalah bentuk strukturmoderat dan struktur tidak beraturan sejauh pembahasannya untuk mencapaitujuan pembelajaran.
5)     Mengajarkan keterampilan pemecahan masalah sesuai dengan kontek yang akan digunakan peserta didik. Menggunakan masalah-masalah yang otentik, juga dalam praktek dan penilaiannya baik dalam skenario belajar berbentuk simulasi atauproyek.
6)     Gunakan strategi mengajar deduktif untuk pengetahuan deklarativedan bentuk pemecahan masalah terstruktur/sistimatis
7)     Gunakan strategi mengajar induktif untuk meningkatkan model berpikir sintesis dan bentuk pembelajaran pemecahan masalah moderat serta struktur tidak beraturan (ill structured) .
8)     Menggunakan latihan permasalahan, langkah ini akan membantu peserta didik memahami tujuan dan membantu mereka menguraikan kedalam tujuan-tujuan antara.
9)     Gunakan kesalahan-kesalahan yang dibuat peserta didik dalam pemecahan masalah sebagai bukti konsepsi yang tidak tepat dan menebak-nebak. Jika dimungkinkan tentukan konsepsi yang salah dan konsepsi yang tepat.
10)  Ajukan pertanyaan dan berikan saran tentang strategi untuk meningkatkan peserta didik melakukan refleksi pada strategi pemecahan masalah yang sedang mereka gunakan. Langkah ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah peserta didik melakukan tindakan pemecahan masalah.
11)  Memberikan latihan denganstrategi pemecahan masalah yang hampir sama dalam berbagai kontek untuk meningkatkan pegeneralisasian.
12)  Ajukan pertanyaan yang dapat meningkatkan peserta didik dalam menyerap keterampilan megeneralisasi dalam berbagai permasalahan dengan materi yang berbeda.
13)  Gunakan berbagai jenis kontek, masalah dan gaya mengajar yang akan meningkatkan keingin tahuan, motivasi, percaya diri, ketekunan dan pengetahuan tentang diri sertamereduksi kehawatiran peserta didik.
14)  Rencanakan serangkaian pembelajaran yang menumbuhkan hingga kesempurnaan dari tingkat pemula hingga pemahaman tingkat akhli/kompeten daristruktur pengetahuan yang digunakan.
15)  Jika mengajar bentuk pemecahan masalah dengan struktur tersusun baik (well structure problem), yakinkan peserta didik dapat mengikuti pembelajaran pemecahan masalah dengan baik. Jika prosedur belajar tersebut dilakukan terus menerus oleh peserta didik pada bentuk pembelajaran pemecahan yang hampir sama, maka akan terbentuk kemampuan yang otomatis.
16)  Jika mengajar dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur moderat, dorong peserta didik menggunakan pengetahuan deklaratifnya untuk mengembangkan strategi yang sesuai dengan kontek dan permasalahannya. Mengikuti berbagai banyak strategi yang tepat untuk mencapai solusi dan mereka dapat membandingkannya hingga mana yang paling efektif dan efisien.
17)  Jika mengajar dengan pendekatan pemecahan masalah bentuk struktur yang tidak beraturan (Ill structure problem), dorong peserta didik menggunakan pengetahuan deklaratifnya untuk menetapkan tujuan dengan solusi yang dapat diterima dan dikembangkan. Ikuti strategi pemecahan dan solusi yang tepat kemudian bandingkan oleh peserta didik hingga mana yang paling efektif dan efisien dari berbagai strategi dan solusi tersebut.
1.     Sintak model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
1)     Mengidentifikasi masalah
Pada tahapan ini dilakukan pengidentifikasian masalah melalui curah pendapat dari kasus yang diberikan.
2)     Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan
Pada tahap ini peserta didik diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah, dan pengetahuan-pengetahuan yang harus diketahui (pengetahuan deklaratif berupa konsep dan prinsip) berkenaan dengan masalah.
3)     Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang
Pada tahap ini peserta didik diajak berfikir untuk mengembangkan pemecahan masalah melalui berfikir prosedur untuk melakukan penelaahan letak penyebab masalah melalui pengumpulan imformasi dari setiap langkah melalui pemeriksaan hingga ditemukan penyebab utama masalah.
4)     Melakukan tindakan strategis
Peserta didik diajak mengembangkan tindakan strategis yang didasarkan atas temuan untuk memecahkan masalah.
5)     Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan
Peserta didik diajak memeriksa pengaruh hasil tindakan terhadap permasalahan yang terjadi di dalam sistem, dengan menggunakan rujukan seperti contoh service manual hingga sistem bekerja secara normal sesuai tuntutan rujukan.
c.     Sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
1)     Merumuskan uraian masalah
Pada tahap ini, peserta didik dihadapkan pada kasus, mengidentifikasi masalah dan merumuskan kemungkinan penyebab masalah.
2)     Mengembangkan kemungkinan penyebab
Pengembangan kemungkinan penyebab dilakukan berdasarkan observasi dan pemeriksaan terhadap fungsi yang di dasarkankonsep atau prinsip.
3)     Mengetes penyebab atau proses diagnosis
Menganalisis data-data hasil pemeriksaan dan menentukan penyebab utama menggunakan berfikir prosedur serta melakukan perlakuan/perbaikan.
4)     Mengevaluasi
Memeriksa hasil perlakuan/perbaikan dan membandingkannya dengan acuan rujukan atau service manual untuk menentukan kasus/permasalahan telah dapat diatasi.

Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron, 2011).
a.     Kriteria Penerapan PjBL
Model pembelajaran ini akan efektif apabila memenuhi tiga kriteria yakni:
1)   Kompetensi Dasar yang akan diajarkan dari kurikulum kompetensi keahlian di konstruk dalam permasalahan kontektual yang menekankan pada keterampilan kognitif(higher order thingking skill) dan pengetahuan pada bentuk metakognitif.
2)   pembelajaran dikembangkan berpusat pada peserta didik (Student Centre Learning) dalam bentuk grup-grup kecil yang aktif dimana guru berfungsi sebagai fasilitator.
3)   Hasil pembelajaran difokuskan pada pengembangan keterampilan, motivasi dan penumbuhan belajar sepanjang hayat (life long learning).
b.   Tujuan Project Based Learning
Meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).
c.    Sintakmodel pembelajaran Project Based Learning
1)   Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the Essential Question)
Pada tahap ini peserta didik secara kelompok/individu dihadapkan pada bagaimana cara mengatasi permasalahan dan menentukan projek yang paling tepat cara mengatasi masalah.
2)   Mendesain perencanaan proyek
Peserta didik merancang projek yang telah di tentukan baik desain/perencanaan, gambar, bahan maupun teknis pengerjaannya.
3)   Menyusun jadwal (Create a Schedule)
Tahap ini peserta didik menyusun jadwal (waktu pelaksanaan), distribusi kerja dan presentasi.
4)   Memonitor kemajuan proyek (Monitor the Progress of the Project)
Tahap ini peserta didik mengerjakan projek sesuai rancangan dan distribusi kerja serta menyampaikan progres/kemajuan pengerjaan projek.
5)   Menguji hasil (Assess the Outcome)
Peserta didik memeriksa hasil projek dengan membandingkan dengan rancangan dan pendidik menilai kemajuan peserta didik.
6)   Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)
Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan.

Model pembelajaran Production Based Training/Production Based Education and Training

Model inimerupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.
a.  Tujuan
Menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan kerjasama (berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.
b.  Sintaksmodel pembelajaran Production Based Trainning
1)   Merencanakan produk
Membuat perencanaan produk dapat berupa benda hasil produksi/layanan jasa/perencanaan pertunjukanyang dapat dilakukan dari mulai menggambar detail/membuat pamflet (berisi tgl waktu pertunjukan,isi cerita),perhitungan kebutuhan bahan/kostum, peralatan, dan teknik pengerjaanserta alur kerja/koordinasi kerja.
2)   Melaksanakan proses produksi
Pada sintak ini peserta didik diajak melakukan tahapan produksi berdasarkan rencana produk benda/layanan jasa/perencanaan pertunjukan, alur kerja/koordinasi kerja serta memonitor proses produksi.
3)   Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu)
Pada langkah ini peserta didik diajak untuk memeriksa hasil produk melalui membandingkan dengan tuntutan pada perencanaan teknis.
4)   Mengembangkan rencana pemasaran
Peserta didik diajak mempersiapkan rancangan pemasaran baik dalam jejaring (daring) maupunluar jejaring (luring) berbentuk brosur/pamflet dan mempresentasikannya.
(Diadaptasi dari Ganefri; 2013,G.Y. Jenkins, 2005).

Model pembelajaran Teaching Factory

a.     Konsep Teaching Factory pada SMK
Pembelajaran Teaching Factoryadalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan Teaching Factorymenuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah,pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.
Pelaksanaan Teaching Factorysesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model, dan dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebutadalah sebagai berikut:
1)   Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan adalah pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.
2)   Model kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
3)   Model ketiga,Production Based Education and Training(PBET) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat).
4)   Model keempat, Teaching Factoryadalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.
b.   Tujuan pembelajaran Teaching Factory
1)   Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;
2)   Membantu siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;
3)   Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing;
4)   Memberikan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja;
5)   Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
6)   Membantu siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
7)   Memberi kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
Tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching factory (Sema E. Alptekin, Reza Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf; 2001) adalah sebagai berikut.
1)   Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur moderen sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri;
2)   Meningkatkan pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur moderen;
3)   Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu;
4)   Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.
c.    Sintaksis Teaching Factory
Atas dasar uraian di atas, sintaksis pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis PBET/PBT ataudapat juga menggunakansintaksis yang diterapkan di Cal Poly - San Luis Obispo USA ( Sema E. Alptekin : 2001) dengan langkah-langkah yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian :
1)   Merancang produk
Pada tahap ini peserta didik mengembangkan produk baru/cipta resep atau produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods)/merancang pertunjukankontemporer dengan menggambar/membuat scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.
2)   Membuat prototype
Membuat produk/ kreasi baru /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.
3)   Memvalidasi dan memverifikasi prototype
Peserta didik melakukan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data spesifikasi dari prototype/kreasi baru/tester yang dibuatuntuk mendapatkan persetujuan layak diproduksi/dipentaskan.
4)   Membuat produk masal
Peserta didik mengembangkan jadwaldan jumlah produk/pertunjukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Dadang Hidayat (2011) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.
1)   Menerima order
Pada langkah belajar ini peserta didik berperan sebagai penerima order dan berkomunikasi dengan pemberi order berkaitan dengan pesanan/layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order seperti contoh: pada gerai perbaikan Smart Phone atau reservasi kamar hotel.
2)   Menganalisis order
Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melakukan analisis terhadap pesanan pemberi order baik berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.
3)   Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melakukan pekerjaan berdasarkan hasil analisis dan kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.
4)   Mengerjakan order
Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis order. Siswasebagaipekerjaharusmenaatiprosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan
5)   Mengevaluasi produk
Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter benda kerja/layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau spesifikasi pada service manual.
6)   Menyerahkan order
Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.

No comments